Hukum Puasa Bulan Rajab Menurut Islam

Titelnya sebagai bulan haram membuat amalan baik selama Rajab diberi ganjaran yang lebih banyak-berlaku pula untuk dosa dari perbuatan maksiat. Karena itu, sebagian besar muslim di Indonesia memperbanyak melakukan amal saleh, salah satunya dengan berpuasa.

Maksudnya, jika suatu ibadah tidak memiliki tuntunan dari Al-Qur’an maupun rasul-Nya, maka amalan tersebut terlarang untuk dikerjakan. Ustaz Adi Hidayat menyebutkan, terdapat satu riwayat sahih yang menceritakan bahwa Rasulullah pernah berpuasa di bulan Rajab.

Dan ia juga pernah berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan puasa.'” Adi Hidayat menyatakan bahwa hadis tersebut menjadi dalil sahih untuk pelaksanaan ibadah puasa di bulan-bulan haram, baik Muharam, Zulhijah, Zulkaidah, dan Rajab.

Dalam ceramahnya, Adi Hidayat mengatakan, adalah sunah berpuasa di bulan Rajab sehingga setiap muslim boleh saja melakukannya. Bahkan, semisal kamu ingin puasa berturut-turut dari Senin hingga Rabu, kemudian “libur” di hari Kamis, itu juga boleh.

Perlu detikers ketahui, banyak beredar hadis palsu tentang keutamaan puasa bulan Rajab. Barangsiapa yang puasa satu hari pada bulan Rajab, maka Allah akan memberikan minum kepadanya dari air sungai itu.” Dan barangsiapa puasa nisfu (setengah bulan) Rajab, maka Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah.” Lebih lanjut, Ustaz Adi mengatakan, ditampilkannya hadis-hadis palsu dalam kitab Fikih adalah untuk memberitahu bahwa riwayat-riwayat tersebut tidak boleh dijadikan landasan beribadah.

Untuk itu, Ustaz Adi Hidayat berpesan agar setiap muslim menggunakan sandaran atau dalil yang sahih dalam beribadah.

Puasa Rajab: Keistimewaan, Hukum, Waktu, dan Niat

Tahun ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah mengikhbarkan bahwa 1 Rajab 1443 H jatuh pada Kamis, (3/2/2022). Hal ini dikarenakan hilal tidak terlihat sehingga bulan Jumadal Akhirah digenapkan menjadi 30 hari. Dalam kitab I‘anatut Thalibin dijelaskan bahwa “Rajab” merupakan derivasi dari kata “tarjib” yang berarti mengagungkan atau memuliakan. Baca Juga : Beda Doa Niat Puasa Rajab pada Malam dan Siang Hari

Mengacu pada penjelasan Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu’in, bulan paling utama untuk ibadah puasa setelah Ramadhan, yaitu bulan-bulan yang dimuliakan Allah dan Rasulullah SAW. Bulan yang dimuliakan, yaitu Muharram, Rajab, Dzulhijjah, Dzulqa‘dah, terakhir Sya‘ban. Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini : islam pbnu Puasa

Dalil Dianjurkan Puasa di Bulan Rajab dan Ketentuan Niatnya

Hanya saja, apa yang menjadi dalil disunahkannya puasa di bulan Rajab? Menurut Imam Fakhruddin al-Razi, alasan dinamakan al-hurum adalah karena berbuat maksiat pada bulan-bulan tersebut akan dibalas dengan lebih berat.

Begitupun, orang berbuat ketaatan akan mendapat pahala lebih banyak (Al-Razi, Mafâtîh al-Ghaib, juz 16, halaman: 53). Ibnu ‘Arabi mengutip dalam Syarah Tirmidzi, menurut sebagian sufi, Allah dan Rasul-Nya (Nabi Muhammad) mempunyai masing-masing seribu nama. Menurut Sayyid Abu Bakar Syattha’ dalam I’ânah at-Thâlibîn, ‘Rajab’ sendiri diambil dari kata at-tarjîb yang berarti memuliakan, karena masyarakat Arab dulu lebih memuliakannya dibanding bulan lainnya. Dinamakan pula al-‘ashamm yang berarti tuli, karena pada bulan tersebut tidak terdengar gemrincing senjata untuk berkelahi. Juga dinamakan rajam yang berarti melempari, karena pada bulan ini para musuh dan setan dilempari sehingga tidak bisa lagi mengganggu para wali Allah dan orang-orang shalih. Menurut Imam al-Ghazali (w. 1111 M), kesunahan berpuasa lebih ditekankan pada hari-hari yang memiliki kemuliaan. Dalam kategori tahunan terdapat pada bulan Dzulhijjah, Muharram, Rajab, dan Sya’ban (Imam al-Ghazali, Ihyâ ‘Ulumiddîn, juz 3, h. 431). Sebagai saran, puasa Rajab baiknya dilakukan saat bertepatan hari-hari utama agar pahalanya lebih besar. Sementara Sayyid Abu Bakar Syattha’ dalam I’ânah at-Thâlibîn mengutip hadits berikut: Anjuran untuk melakukan sekaligus meninggalkan pada hadits di atas maksudnya adalah berpuasa semampunya saja (Sayyid Abu Bakar Syattha’, I’ânah at-Thâlibîn, juz 1, h. 307).

Terkait keutamaan puasa Rajab, Imam al-Ghazali dalam Ihyâ ‘Ulumiddîn (juz 3, h. 431) mengutip dua hadits berikut: Bahkan, menurut Sayyid Bakri Syattha’ (w. 1892 M.) dengan mengutip fatwa Al-Barizi, andaikan puasanya hanya niat qadha, maka otomatis juga memperoleh kesunahan puasa Rajab (Sayid Bakri, Hâsyiyah I’ânah at-Thaâlibîn, juz 2, halaman: 224).

Hukum Puasa Rajab, Berikut Penjelasan Rincinya

Ikhbar masuknya bulan Rajab 1444 H masih harus menunggu rukyatul hilal yang dilakukan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Namun bahwa dalam beberapa hari lagi umat Islam memasuki bulan Rajab, adalah hal yang pasti adanya. Karenanya, aneka persiapan harus dilakukan sebagai bentuk syukur lantaran diberikan kesempatan memasuki bulan Rajab. Sedangkan mayoritas ulama menjelaskan, selagi khawatir akan mudharat tertentu atau melalaikan kewajiban karenanya, maka puasa sepanjang masa hukumnya makruh. Dan yang paling utama dari semua bulan itu adalah Muharram seperti hadits riwayat Imam Muslim. Artinya: Bulan paling utama untuk ibadah puasa setelah Ramadhan ialah bulan-bulan yang dimuliakan Allah dan Rasulnya.

Yang paling utama ialah Muharram, kemudian Rajab, lalu Dzulhijjah, terus Dzulqa‘dah, terakhir bulan Sya‘ban. ثم رجب هو مشتق من الترجيب، وهو التعظيم لأن العرب كانت تعظمه زيادة على غيره.

Ia bisa juga dipanggil “Al-Ashomm” karena tidak terdengar gemerincing senjata untuk berkelahi pada bulan ini.

Hukum Puasa Bulan Rajab, Bacaan Niat, dan Ketentuan

Nabi Muhammad SAW menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak berpuasa di bulan Rajab. Yakni, diawali dengan niat, lalu menahan diri dari segala sesuati yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari atau ditandai dengan azan Subuh dan azan Magrib. Mengutip laman NU, bulan paling utama untuk ibadah puasa setelah Ramadhan ialah bulan-bulan yang dimuliakan Allah dan Rasulnya.

Yang paling utama ialah Muharram, kemudian Rajab, lalu Dzulhijjah, terus Dzulqa’dah, terakhir bulan Sya’ban.

Rajab biasa juga disebut “Al-Ashobb” karena derasnya tetesan kebaikan pada bulan ini. Ia bisa juga dipanggil “Al-Ashomm” karena tidak terdengar gemerincing senjata untuk berkelahi pada bulan ini.

Hukum Puasa Rajab, Serta Niat dan Keutamaannya

Namun demikian, ada juga yang mengatakan bahwa hukum puasa rajab adalah makruh. Seperti dilansir dari Nu.or.id, salah satu amalan yang dsunahkan dalam bulan Rajab adalah berpuasa. Dalam kitab Syarah Shahih Muslim oleh Imam An Nawawi dijelaskan kedudukan hukum puasa Rajab.

Imam An Nawawi menyatakan tidak ada dalil yang melarang maupun menganjurkan puasa Rajab.

Ia menulis, bahwa bulan paling utama untuk ibadah puasa setelah Ramadhan ialah bulan-bulan yang dimuliakan Allah dan Rasulnya. Yang paling utama ialah Muharram, kemudian Rajab, lalu Dzulhijjah, terus Dzulqa‘dah, terakhir bulan Sya‘ban. “Saya bertanya kepada Sa’id Ibn Jubair tentang puasa Rajab, beliau menjawab berdasarkan kisah dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah SAW senantiasa berpuasa sampai kami berkata nampaknya beliau akan berpuasa seluruh bulan. Hadits tersebut menunjukkan bahwa melaksanakan puasa Rajab bukanlah suatu bid’ah yang tercela.

Sementara sebagian besar ulama lainnya mengatakan bahwa puasa di bulan ini hukumnya sunnah.

Jika belum sempat berniat di malam hari, Muslim tetap boleh berpuasa Rajab asalkan belum makan dan minum sejak Subuh dan wajib berniat sampai sebelum waktu dzuhur tiba. Ibnu Abbas RA menyebutkan bahwa Rasulullah membaca doa ini saat berbuka puasa: Allahumma laka shumna, wa’ala rizqika aftharna, tafaqbbal minna, innaka anta as-sami’ul al alim

Terkait keutamaan puasa Rajab, Imam al-Ghazali dalam Ihyâ ‘Ulumiddîn (juz 3, h. 431) mengutip dua hadits berikut:

Ustaz Abdul Somad Sebut Hukum Puasa Rajab dan Kapan Sebaiknya Puasa Sunnah Ini Dilakukan

Berikut penjelasan ulama tentang waktu puasa Rajab serta keutaman bagi yang melaksanakannya. Dijelaskan bahwa terdapat 4 bulan yang dimuliakan dalam Islam (al-Asyhur al-Hurum) yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Selama Rajab, selain berpuasa, Ustadz Abdul Somad menjelaskan umat Islam bisa menghiasinya dengan amalan-amalan lain.

Written by Albara

Jadilah yang terbaik di mata Allah,
Jadilah yang terburuk di mata sendiri,
Jadilah sederhana di mata manusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Doa Untuk Orang Tua Lagi Sakit

Lirik Sholawat Tibbil Qulub Gus Aldi